Jumat, 18 November 2016

Sikap PGI Terhadap Pelanggran HAM di Papua



PGI: Pemerintah Jangan Mengabaikan Fakta Adanya Pelanggaran HAM di Papua


Pemerintah hendaknya jangan mengabaikan fakta adanya pelanggaran HAM di Papua.
JAKARTA,PGI.OR.ID-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) memahami ketidaksetujuan pemerintah Indonesia terhadap pernyataan tujuh negara di Pasifik yang mengangkat isu pelanggaran HAM di Papua dalam Sidang Umum ke-71 PBB di New York, sebagai bentuk intervensi. Namun, ketidaksetujuan tersebut hendaknya jangan mengabaikan fakta adanya pelanggaran HAM di Papua.
Sekretaris Eksekutif Bidang Keadilan dan Perdamaian PGI Pdt. Henrek Lokra, menyatakan hal tersebut saat jumpa pers di Lantai 3 Grha Oikoumene, Jakarta, Rabu (5/10).
Sejak 1962 sampai hari ini, lanjut Henrek, masih terjadi kasus pelanggaran HAM di Papua, dan hal itu membuat kepercayaan masyarakat Papua terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)  semakin berkurang.
“Dalam kerja-kerja advokasi yang kami lakukan di Papua supaya terus membangun kepercayaan itu, tetapi kalau orang lihat setiap hari terjadi pembunuhan, kemudian aksi demo yang dilakukan cuma segelintir orang tetapi polisi dan aparat keamanan menjaganya dengan jumlah banyak dan dengan persenjataan lengkap laksana sedang berhadapan dengan teroris atau musuh di medan perang, ini fakta-fakta yang akan membuat orang Papua semakin kehilangan kepercayaannya kepada Indonesia,” katanya.
Henrek menambahkan, PGI juga melihat bahwa persoalan HAM adalah persoalan universal.  Karena itu, kita tidak bisa menutup mata terhadap perhatian negara lain, termasuk tujuh negara di Pasifik itu mengenai masalah keamanan yang terjadi di Papua. “Karena ini masalah universal kita tidak bisa melarang negara lain memberi perhatian terhadap pelanggaran HAM, dunia sudah tidak ada batas sehingga orang bisa tahu kapan dan dimana banyak terjadi pelanggaran HAM,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti, menegaskan, pidato balasan diplomat Indonesia terhadap tudingan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM) yang disampaikan tujuh negara di Pasifik tersebut hanyalah retorika, dan tidak menjawab tudingan tersebut.
“Yang lebih buruk lagi kita menyatakan keberatan negara lain memperbincangkan situasi negara kita. Seharusnya jelaskan saja kebenarannya. Kalau dikatakan hampir 50 tahun terakhir terjadi pelanggaran HAM yang besar di Papua bisa dijelaskan dimana, kapan, bagaimana, dan yang penting setidaknya apa yang telah dilakukan pemerintah Indonesia terkait hal itu. Kita harus jawab dengan data juga. Fakta harus juga dijawab dengan fakta, bukan dijawab dengan retorika,” ujar Ray.
Sumber : http://pgi.or.id/pgi-pemerintah-jangan-mengabaikan-fakta-adanya-pelanggaran-ham-di-papua/

Senin, 29 Februari 2016

PESAN PASKAH 2016 PGI




PESAN PASKAH 2016 

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA


Tema: “KRISTUS BANGKIT: BERILAH DIRIMU
DIPERDAMAIKAN”
(2 Kor.5:20b)

Umat Kristiani terkasih di manapun Saudara berada.
Salam Sejahtera dalam Yesus Kristus,
“Kristus bangkit! Ya benar, Kristus telah bangkit!”, demikianlah seruan optimistis umat Kristen pada periode mula-mula yang suaranya tetap bergema hingga zaman ini. Kebangkitan Kristus adalah kesaksian iman orang percaya yang mengawali hadirnya gereja dan bahkan mendorong pelayanan dan kesaksian gereja sepanjang masa. Iman kepada Kristus yang bangkit menjadi harapan yang terus menerus mengobarkan semangat gereja untuk mengarungi samudera kehidupan dengan keberanian.
Dalam suasana penuh sukacita memperingati hari raya Paskah, umat Kristen di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, diingatkan ulang bahwa kematian dan kebangkitan Kristus adalah prakarsa Allah dalam mendamaikan kita dengan diri-Nya, dan dengan demikian telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kita (2 Kor. 5:18). Karya pendamaian tersebut merangkumi hubungan Allah dengan manusia dan dengan alam semesta (Kol. 1:20). Artinya, keselamatan itu tidak hanya berlaku bagi manusia, tetapi juga bagi seluruh alam semesta. Semua dilakukan-Nya dalam kasih-Nya yang tidak membiarkan manusia dan seluruh ciptaan-Nya binasa.
Paskah selalu membangkitkan pengharapan, kekuatan dan semangat baru bagi kita untuk memberikan diri kita diperdamaikan oleh Allah, dan berdasarkan realita itu, kita dimampukan untuk melanjutkan perjalanan hidup secara harmonis bersama Tuhan, maupun bersama dengan sesame dalam masyarakat, dan dengan seluruh makhluk ciptaan.
Tema “KRISTUS BANGKIT: BERILAH DIRIMU DIPERDAMAIKAN” (2Kor.5:20b) sangat relevan dengan pergumulan Gereja-gereja di Indonesia yang saat ini tengah menghadapi berbagai perubahan dan dinamika. Gereja berada di tengah masyarakat majemuk yang sedang mengalami perubahan yang cepat. Banyak hal menggembirakan yang telah dicapai di tengah perubahan tersebut. Namun tak sedikit juga keprihatinan yang kita hadapi. Salah satu keprihatinan utama adalah konflik yang semakin merebak di tengah masyarakat, yang pada gilirannya merusak relasi antar manusia dan relasi manusia dengan alam. Ada cukup banyak orang yang berjuang keras mengusahakan kepentingan dan kenyamanan pribadi atau kelompoknya, dengan mengabaikan kepentingan orang lain dan acap mengeksploitasi alam tanpa batas. Realitas ini sangat potensial merusak damai sejahtera dalam masyarakat.
Kecenderungan sedemikian juga terjadi di tengah-tengah kehidupan dan pelayanan gereja. Ada gereja-gereja yang mengalami ketidak-harmonisan bahkan perpecahan, karena rusaknya relasi antar warga yang satu dengan yang lain. Pasang-surut relasi kehidupan beragama di Indonesia, sebagaimana peristiwa yang senantiasa berulang pada akhirakhir ini, juga menunjukkan bahwa ada kecenderungan dan keengganan untuk mendengarkan dan memahami berbagai kelompok yang hidup dalam masyarakat. Gaya hidup yang semakin konsumtif tidak jarang menjauhkan manusia yang satu dari yang lain dan menyakiti bumi, misalnya dalam bentuk membuang sampah sembarangan dan mengeksploitasi hutan, tanah dan air tanpa batas. Keadaan seperti ini telah menjadikan relasi dengan Allah, sesama manusia dan alam menjadi rusak. Melalui tema Paskah ini, Gereja-gereja di Indonesia didorong untuk membuka diri dan memberikan dirinya diperdamaikan dengan Allah. Pemulihan relasi dengan Allah – yang rusak oleh dosa manusia – menjadi pengharapan dan kekuatan baru bagi kita untuk memulihkan relasi kita dengan sesama dan dengan alam semesta. Dengan demikian, damai sejahtera dapat dirasakan oleh seluruh ciptaan. Pelayanan pendamaian ini mendorong kita untuk lebih mengembangkan Spiritualitas Keugaharian, yang diamanatkan oleh Sidang Raya PGI 2014 di Gunungsitoli, Nias, tatkala kita diajak untuk mensyukuri rahmat Allah yang cukup untuk semua dan bersedia berbagi dengan sesama.
Dalam suasana syukur dan sukacita Paskah, perkenankanlah kami mengajak kita semua sebagai Tubuh Kristus untuk mewujudnyatakan hal-hal berikut:
1. merendahkan diri di hadapan Allah dan membuka diri untuk menerima karya pendamaian Allah. Hal ini sejatinya kita wujudkan secara nyata dalam tindakan konkret untuk memperbaiki relasi-relasi yang telah rusak, baik relasi dengan sesama maupun dengan lingkungan. Marilah kita secara konsisten mengembangkan budaya damai dalam keluarga, gereja, masyarakat, dan dengan alam semesta, melalui pikiran, sikap hidup, kata dan perbuatan;
2. menjadikan gereja sebagai persekutuan yang saling mendengar, saling mengampuni, dan saling menyembuhkan agar kita mampu memenuhi panggilan kita secara optimal sebagai pelayan pendamaian di tengah masyarakat;
3. berperan aktif sebagai pelayan pendamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia dengan mendukung upaya-upaya penegakan kebenaran, hukum, dan keadilan serta mendorong diwujudkannya revolusi mental di kalangan seluruh warga bangsa demi hadirnya sebuah NKRI yang bersatu dan berkeadaban berdasarkan Pancasila dan UUD 45;
4. mengembangkan sikap hidup saling menghargai di tengah konteks masyarakat Indonesia yang majemuk, sehingga dialog yang jujur dan terbuka dapat mendukung tercapainya kerukunan antar kelompok yang berbeda;
5. mampu mengendalikan diri sehingga tidak terperangkap oleh gaya hidup konsumtif, materialistis dan hedonistis yang tidak jarang menggiring kita menyalahgunakan wewenang dan tanggungjawab yang dipercayakan kepada kita.
Selamat PASKAH, selamat menghayati peristiwa kebangkitan-Nya. Kebangkitan Kristus menghidupkan kita semua untuk terus berkarya tanpa lelah, sambil mengingat bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payah kita tidak sia-sia (I Kor. 15:58).
Jakarta, Paskah 2016
Atas nama Majelis Pekerja Harian PGI

ttd

ttd
Pdt. Dr. Henriette T. H-Lebang
Ketua Umum
Pdt. Gomar Gultom
Sekretaris Umum