Kamis, 23 Mei 2013

Renungan Pentakosta

Pentakosta : "Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntunku!" 

Pentakosta, kaca bergambar, dibuat oleh Bruder Eric dari Taizé

 
Ketika perayaan Pentakosta tiba, alam di banyak tempat di dunia mekar dengan segenap kecantikannya. Musim semi merekah dan musim panas sudah di ambang pintu; bulir-bulir gandum mencuat dan angin dengan gembira bermain di sela-sela tanaman jagung, seakan-akan anginlah yang membuatnya tumbuh. Di Israel, Pentakosta adalah perayaan ucapan syukur atas hasil panen. Di beberapa perumpamaan, Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah datang dalam waktu yang matang. Pentakosta menandai masa panen raya.

Namun Pentakosta juga merupakan saat di mana tiba sesuatu yang sama sekali baru dan belum pernah diharapkan. Apa yang terjadi di Sinai sudah merupakan sebuah pertanda, yang saat ini menemukan penggenapannya. Allah mengungkapkan kehendak-Nya, Hukum tidak lagi tertulis di atas loh-loh batu namun terpatri di atas loh-loh hati kita. Juga Pentakosta bermakna bahwa di hadapan Allah berdiri tidak hanya Musa seorang diri namun juga semua orang karena Api Roh Kudus turun atas diri setiap orang. Melalui Roh Kudus, Allah sendiri datang dan tinggal dalam diri kita. Dia hadir tanpa seorang perantara. Roh Kudus dianugerahkan kepada kita agar supaya kita dapat masuk dalam sebuah hubungan yang intim dengan Allah.

Jika Roh Kudus sering digambarkan sebagai pribadi yang berada di “belakang layar” dan sangat sederhana, ini bukanlah dikerenakan dia tidak ingin mengambil alih tempat kita namun justru untuk memperkuat keberadaan diri kita. Di dalam kedalaman hati kita, Roh Kudus tanpa henti mengulang kembali tekad "ya" yang disampaikan Allah bagi kehidupan kita. Jika demikian halnya maka ada sebuah doa yang dapat dengan mudah dipanjatkan oleh semua orang: "Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntunku!" (Mazmur 143:10). Dengan dukungan hembusan Roh Kudus itu kita dapat melangkah ke depan.

Di akhir kehidupannya, Bruder Roger mengalamatkan doa-doanya kepada Roh Kudus. Dia ingin menuntun kami untuk beriman kepada Roh Kudus yang kehadiran-Nya tidak kasat mata. Dia memahami bahwa pergulatan batin untuk beriman percaya sepenuhnya kepada hembusan Roh Kudus dan kasih Allah merupakan dua hal yang sangat pokok dalam kehidupan umat manusia.

Selama bertahun-tahun sudah, beberapa saudara-saudara kami tinggal di Korea. Suatu hari saat saya sedang mengunjungi mereka, kami pergi ke sebuah biara Buddha. Kami menerima sambutan yang sangat hangat. Saya terkagum-kagum melihat para biksu yang dengan penuh keberanian mencoba untuk hidup dalam keselarasan dengan visi mereka. Mereka melakukan banyak usaha keras untuk mengarahkan perhatian mereka bukan pada diri sendiri namun untuk mebih membuka diri kepada sebuah kenyataan yang jauh lebih besar, yaitu kepada Sang Mutlak. Mereka telah mengembangkan sebuah kebijaksaan yang sangat mendalam, pergulatan untuk mencari belas kasih yang mempertemukan kami dengan mereka.

Namun pertanyaan saya, bagaimana mereka dapat tetap setia tanpa memiliki rasa percaya kepada Allah yang berpribadi? Tekad mereka menuntut sebuah kesunyian yang dalam. Kita, sebagai orang Kristen percaya bahwa Roh Kudus hidup dalam diri kita; di dalam-Nya kita membentuk satu tubuh Kristus; kita mengarahkan diri kepada Allah dan mengatakan "Ya" kepada-Nya. Ini merupakan langkah yang besar, langkah yang tidak dapat dipahami oleh sebagian besar umat manusia. Apakah kita juga memiliki rasa mawas diri atas bagaimana diri kita seharusnya?

 Kembali dari kunjungan tersebut, saya merasa diperbaharui oleh kekaguman atas penyataan diri Allah melalui Kristus dan saya berkata: bukankah saat ini merupakan saat yang mendesak bagi kita umat Kristen untuk mengungkapkan melalui kehidupan kita bahwa Roh Kudus sedang berkarya dalam diri kita?
Kita dapat mengawalinya dengan memperdalam pemahaman kita atas misteri persekutuan yang mempersatukan kita. Saat kita semua mengarahkan diri kepada Kristus untuk berdoa bersama, Roh Kudus menghimpunkan kita ke dalam satu bentuk persekutuan yaitu Gereja dan memampukan kita untuk mengalami kelahiran hidup yang baru.

Karunia pertama dari Roh Kudus adalah pengampunan. Kristus yang bangkit berkata kepada para murid-Nya: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni." (Yohanes 20:22-23) Makna Gereja yang pertama dan yang terutama adalah persekutuan dari segenap pengampunan. Saat kita memahami bahwa Allah menganugerahkan kepada kita pengampunan-Nya, kita dimampukan untuk memberikan pengampunan tersebut kepada sesama kita yang lain. Tentu saja, komunitas, paroki/jemaat kita masih jauh dari apa yang kita harapkan. Namun Roh Kudus tetap terus-menerus hadir dalam Gereja dan menuntun kita untuk melangkah ke depan di jalan pengampunan.
Jika Kristus mengutus kita untuk memberitakan Kabar Baik ke seluruh dunia, Dia juga meminta kita untuk peka terhadap tanda-tanda kehadiran-Nya di tempat-tempat di mana Dia telah mendahului kita. Jemaat Kristen mula-mula sangat terkagum-kagum saat menemukan bahwa kehadiran Roh Kudus ditemukan di tempat-tempat yang sebelumnya tidak mereka pikirkan (lihat Kisah Rasul 10). Yesus sendiri dikejutkan oleh iman seorang perwira Romawi (Lukas 7:1-10). Mampukah kita untuk membiarkan diri kita dikejutkan oleh pertemuan kita dengan segenap kehausan rohani dari dunia kita saat ini?

Marilah kita memberi ruang agar buah-buah Roh Kudus tumbuh dalam hidup kita: "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Galatia 5:22-23). Roh Kudus menuntun kita untuk menuju sesama kita yang lain, pertama-tama kepada mereka yang lebih miskin dari pada diri kita. Saat kita menghayati rasa kesetiakawanan dengan mereka yang kurang beruntung, cahaya Roh Kudus melimpah ruah dalam hidup kita.

Ya, saat ini Roh Kudus sedang berkarya, tanpa kenal lelah mengarahkan hati kita kepada kasih Allah. Berbahagialah mereka yang tidak menyerah pada ketakutan namun mempercayakan dirinya kepada hembusan Roh Kudus. Roh Kudus adalah juga air hidup dan Roh Pendamai yang dapat memuaskan dahaga hati kita. Melalui diri kita Roh Kudus mengungkapkan diri-Nya kepada dunia.

Sumber :  http://www.taize.fr/id_article8622.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar