Tahun 2014 adalah Tahun Politik, sebab pada
tahun ini akan berlangsung 2 (dua) Pemilihan Umum (Pemilu), yaitu Pemilu
Legislatif untuk memilih Anggota DPR, DPD dan DPRD pada 9 April 2014 dan Pemilu
Presiden pada 9 Juli 2014. PGI sebagai lembaga keumatan yang menaungi sebagian
besar gereja-gereja di Indonesia, menyampaikan Pesan Pastoral kepada segenap
umat Kristen di Indonesia agar berpartisipasi dalam Pemilu 2014. selengkapnya
Pesan Pastoral dari Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di
Indonesia sebagai berikut:
Tolak Politik Uang,
Pilihlah dengan Hati Nurani dan Jangan Golput!
Saudara-saudara Umat Kristiani di Indonesia,
Tahun 2014 adalah Tahun Politik, sebab pada tahun ini akan
berlangsung 2 (dua) Pemilihan Umum (Pemilu), yaitu Pemilu Legislatif untuk
memilih Anggota DPR, DPD dan DPRD pada 9 April 2014 dan Pemilu Presiden pada 9
Juli 2014. Hasil kedua Pemilu tersebut akan mengganti seluruh anggota parlemen
dan mengganti Presiden dan Wakil Presiden kita. Dalam menyambut dua peristiwa
penting itu, maka ruang publik kita selama tahun ini akan diisi oleh berbagai
wacana dan informasi politik untuk mewarnai dan memaknai pelaksanaan Pemilu
2014 ini. Tentu ada wacana dan informasi yang membangun dan mencerdaskan, namun
ada juga yang bersifat pembodohan dan penggiringan opini. Karena itu, sebagai
warga negara, kita perlu lebih hati-hati dan cermat dalam mencerna semua itu
agar kita tidak terjerumus dalam pemaknaan yang keliru tentang Pemilu. Kita
hendaknya tidak mudah terpengaruh oleh bujuk rayu dan pencitraan yang makin
masif menghampiri kita.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Pemilu selalu menjadi
peristiwa penting yang menarik bagi setiap warga negara. Pemilu juga selalu
memiliki makna eksistensial bagi sebuah negara, sebab Pemilu adalah mekanisme
pendelegasian kedaulatan rakyat kepada mereka yang hendak memegang kekuasaan di
pemerintahan. Pemilu juga adalah mekanisme pergantian pemegang kekuasaan secara
periodik dan tertib. Dan dalam konteks Indonesia yang majemuk, Pemilu juga
menjadi penting sebagai mekanisme pemindahan berbagai macam perbedaan dan
pertentangan kepentingan dari masyarakat ke dalam lembaga legislatif dan
eksekutif untuk dibahas dan diputuskan secara terbuka dan beradab. Dalam
pengertian ini maka Pemilu merupakan kanalisasi konflik dan perbedaan yang ada
dalam masyarakat. Dengan demikian, Pemilu tidak hanya sekedar bahwa setiap
warga negara akan secara langsung menyalurkan hak politiknya untuk menentukan
para pimpinan negara, tapi juga menjadi momentum dimana rakyat menaruh harapan
akan adanya perubahan dan perbaikan kehidupannya ke arah yang lebih baik.
Bahkan Pemilu bisa menjadi alat kontrol dan kritik rakyat secara langsung bagi
jalannya kekuasaan pemerintahan.
Namun demikian, kami menyadari bahwa Pemilu tahun ini
berlangsung dalam suasana sosial politik yang sulit, yang membuat rakyat makin
pesimis dan apatis terhadap Pemilu itu sendiri. Korupsi berlangsung di
mana-mana, yang dilakukan oleh para pengurus partai politik, para pejabat dan
para pemimpin bangsa, yang dipilih dalam Pemilu. Para pemimpin politik kita
dengan rakus dan tanpa malu memanfaatkan posisi istimewa mereka untuk mengeruk
habis harta kekayaan negara bagi kepentingan mereka sendiri dan partainya. Para
anggota DPR pun lebih banyak memperjuangkan kepentingannya sendiri dan
kelompoknya, ketimbang mendahulukan kepentingan rakyat banyak. Begitu pula,
para pimpinan lembaga eksekutif, lebih sibuk dengan urusan pribadi dan
keluarganya ketimbang mengurus rakyat. Semua ini berlangsung di depan mata
rakyat, seolah tak ada yang salah dan tanpa bisa dihentikan, minimal sebelum
pejabat bersangkutan masuk bui. Akibatnya rakyat menjadi kecewa, marah dan muak
dengan para politisi sehingga cenderung malas untuk berpartisipasi dalam
Pemilu. Situasi ini yang membuat mengapa pembangunan demokrasi kita seakan
berjalan di tempat dan sulit mendapatkan makna substansialnya. Demokrasi kita
dibajak oleh perilaku korup dan rakus para elit politik.
Bersamaan dengan itu, muncul pula sejumlah pertanyaan elementer
yang terasa sulit untuk dijawab. Apakah sebenarnya demokrasi itu? Apa
pentingnya demokrasi bagi kita? Untuk apa kita berdemokrasi? Masih adakah masa
depan demokrasi di negeri yang pluralistik ini? Bagaimana pula perspektif
demokrasi (Pancasila) yang diharapkan? Kalau demokrasi itu adalah pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, mengapa kemudian rakyat dan warga
masyarakat menjadi skeptis dan apatis terhadap praktek berdemokrasi itu
sekarang ini? Mengapa demokrasi tidak menghasilkan keadilan dan kesejahteraan
bagi rakyat? Mengapa tatanan kehidupan politik nasional semakin diwarnai dengan
kekerasan dan anarkis dalam proses demokrasi sekarang ini? Apa yang salah
dengan demokrasi kita? Demikian juga, Pemilu sebagai salah satu elemen penting
demokrasi terasa seolah makin tak penting lagi. Kalau begitu, apa pentingnya
Pemilu bagi kita sekarang?
Mengapa Harus Memilih?
Dalam kondisi seperti itu, memang sangatlah sulit untuk
meyakinkan dan membangun optimisme rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam
Pemilu. Namun demikian, kami merasa bahwa ikut berpartisipasi dalam Pemilu
tetap penting. Justru menjadi semakin penting di tengah apatisme rakyat yang
semakin tinggi. Karena itu, Sidang MPL PGI 2014 di Merauke, Papua, menganjurkan
agar warga gereja ikut secara aktif berpartisipasi dalam Pemilu 2014 dan tidak
“golput.” Setidaknya ada 4 (empat) alasan yang bisa dikemukakan, yaitu:
1. Dalam Sidang Raya PGI 1972 di Pematang
Siantar, Sumatera Utara, berdasarkan Lukas 4:18-19, gereja-gereja menegaskan
bahwa “Injil adalah ‘Kabar Baik’ yang diperuntukkan bagi setiap orang. Injil
yang konkrit memasuki berbagai persoalan konkrit manusia. Gereja-gereja diajak
dan didorong untuk melibatkan diri dalam pembangunan nasional, sebab di sanalah
Kabar Baik didengar dan dirasakan, asal saja berbagai upaya itu dilakukan
dengan memperhatikan keadilan, martabat manusia, kesejahteraan dan sebagainya.
Manusia tidak boleh dikorbankan bagi pembangunan, melainkan pembangunan untuk
manusia. Itu berarti bahwa gereja-gereja tidak boleh lagi mengurung dirinya
dalam tembok-tembok gereja (ghetto). Gereja
harus memasuki seluruh bidang kehidupan, termasuk bidang politik.” Sejak itu,
gereja-gereja meyakini bahwa partisipasi warga gereja dalam Pemilu merupakan
wujud nyata tanggungjawab politik dalam pembangunan demokrasi bangsa ini. Ikut
memilih adalah bagian dari upaya untuk menyampaikan Kabar Baik bagi bangsa ini.
Karena itu, ikut memilih tak hanya merupakan upaya untuk melaksanakan hak
konstitusional sebagai warga negara, tapi lebih dari pada itu merupakan
tanggungjawab iman sebagai warga gereja yang hidup di tengah-tengah bangsa ini.
2. Pemilu adalah alat kontrol dan kritik terhadap
kekuasaan. Karena itu, di dalam Pemilu terjadi apa yang disebut sebagai reward and punishment. Rakyat akan menghargai dan
mengapresiasi partai atau penguasa yang dinilai sungguh-sungguh bekerja untuk
mereka, dengan cara memilihnya. Sebaliknya, rakyat akan menghukum partai
atau penguasa yang tidak bekerja secara baik bagi, oleh dan untuk mereka,
dengan cara tidak memilihnya. Karena itu, kami berharap bahwa dengan memilih kita
akan ikut menentukan arah perubahan bangsa ini ke depan.
3. Sebagaimana kita ketahui dan alami bersama,
partisipasi rakyat dalam Pemilu cenderung menurun. Fenomena ini dapat saja kita
maknai sebagai kritik atau ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap hasil Pemilu
yang ternyata tidak membawa akibat terhadap perbaikan kehidupan dan
kesejahteran rakyat serta terciptanya keadilan. Namun demikian, jika
kecenderungan seperti ini terus berlangsung maka akan mengurangi derajat
legitimasi substansial Pemilu yang secara langsung akan berimplikasi terhadap
kurangnya legitimasi moral dari pemimpin yang akan terpilih. Kami merasa bahwa
dalam konteks transisi demokrasi yang belum sempurna ini, legitimasi
legal-formal belumlah cukup, diperlukan juga legitimasi moral. Legitimasi moral
terhadap hasil Pemilu ini penting untuk memberikan derajat kewibawaan yang
cukup bagi para pemimpin yang akan terpilih.
4. Pemilu kita menggunakan sistem yang rumit,
yaitu: proporsional terbuka dengan suara terbanyak. Semakin rumit sebuah sistem
Pemilu maka semakin besar kemungkinan untuk melakukan kecurangan atau
manipulasi suara. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan Pemilu di Era Reformasi,
tingginya angka golput sering menjadi modus kecurangan dan manipulasi suara.
Dalam hal ini, ikut memilih kita maknai sebagai upaya untuk semakin menutup
ruang kecurangan dan manipulasi suara.
Berdasarkan keempat alasan tersebut, PGI
berpendapat bahwa menjadi golput adalah sikap yang tidak tepat saat ini! Kalaupun saat ini dirasakan bahwa belum
atau tidak ada partai (atau calon) yang baik dan benar-benar dapat mewakili
aspirasi masyarakat, perlulah disadari bahwa kita berada dalam situasi minus malum, yaitu situasi dimana kita sulit menemukan
atau bahkan tidak ada “figur” yang baik dan bermutu. Karena itu, yang kita
lakukan sekarang adalah memilih “yang kurang buruk dari yang buruk’, sambil
terus berdoa agar terjadi “pertobatan politik” supaya hasil Pemilu 2014 dapat
membawa kebaikan bagi bangsa ini.
Seruan Pastoral PGI
Untuk itu, menghadapi Pemilu Legislatif yang akan berlangsung
pada hari Rabu, 9 April 2014 nanti, MPH PGI menyerukan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepada Penyelenggara Pemilu
Kami menyadari bahwa tugas sebagai penyelenggara Pemilu bukanlah
tugas yang mudah. Kritik pedas dan kecaman keras bahkan caci maki harus sering
Anda alami dan rasakan. Tapi meski berat, ini merupakan tugas yang mulia dan
suci. Karena itu, tetaplah teguh dan sabar serta jangan berputus asa! Terus
berkomitmen melaksanakan tugas itu dengan baik dan benar. Jangan tergoda oleh
tawaran suap! Kedepankan integritas dan moralitas Kristiani dalam melaksanakan
Pemilu. Kami mendoakan agar Anda dapat melaksanakan tugas dengan baik dan benar
sehingga menjadi berkat bagi bangsa ini.
2. Kepada Calon Anggota Legislatif
Kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi untuk
kesediaan Anda memberi diri menjadi Caleg dalam Pemilu 2014. Sebab kami
menyadari bahwa tidaklah mudah menjadi caleg dalam carut-marut politik saat
ini. Namun kami yakin bahwa pilihan itu merupakan wujud panggilan iman Anda untuk
membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik. Ini merupakan panggilan yang
suci! Karena itu, kami berharap agar dalam proses Pemilu Anda tetap santun,
mengedepankan damai dan cinta kasih, mengikuti aturan yang berlaku dan tidak
melakukan politik uang. Jangan menjual isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar
Golongan) dalam kampanye dan penggalangan dukungan, sebab itu akan semakin
merusak NKRI. Jadilah caleg yang berintegritas dan raihlah kemenangan dengan
cara-cara yang bermartabat dan terhormat! Sebab hanya dengan demikianlah Anda
akan menjadi Saksi Kristus yang baik bagi bangsa ini. Kami berdoa agar Anda
berhasil dalam Pemilu ini.
3. Kepada Pemilih
Kami menyadari bahwa tidaklah mudah menentukan siapa yang akan
Anda pilih dalam Pemilu 2014 ini. Bahkan Anda sendiri mungkin tidak mendapatkan
alasan yang cukup untuk datang memilih. Perilaku para elit politik dan pejabat
yang buruk mungkin membuat Anda kecewa dan tidak melihat ada harapan. Banyaknya
partai dan caleg yang ikut, serta minimnya informasi tentang mereka yang bisa
Anda dapatkan, makin membuat persoalan tambah rumit. Jika Anda kecewa, tentu
merupakan hal yang wajar dan alami, bukan merupakan sesuatu yang keliru. Namun
demikian, kekecewaan itu justru harus menjadi energi posisif untuk memilih
secara cerdas berdasarkan hati nurani.
Janganlah cepat percaya dengan bujuk rayu partai dan para caleg
dengan berbagai cara dan siasat untuk mendapatkan dukungan Anda! Tapi cermati
dan telitilah komitmen dan kesungguhan mereka untuk memperjuangkan kepentingan
rakyat. Dan yang penting adalah tolaklah politik uang!
Jagalah agar Pemilu 2014 ini berlangsung secara damai dan aman.
Berpartisipasilah dalam semua proses secara tertib dan santun agar Pemilu dapat
berjalan baik dan aman. Ikutlah terlibat dalam pengawasan Pemilu untuk
mengawasi kecurangan dan manipulasi yang seringkali terjadi dalam setiap
Pemilu, agar hasil Pemilu 2014 betul-betul merupakan cermin pilihan
rakyat. Kami berdoa untuk Anda semua!
4. Kepada Gereja-Gereja
Kami menyerukan agar dalam menyambut Pemilu 2014, gereja-gereja
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Ajak dan doronglah warga gereja untuk menggunakan hak
suaranya dalam Pemilu nanti.
b. Lakukanlah pendidikan politik kepada warga jemaat agar mereka paham tentang hak dan kewajiban mereka dalam Pemilu serta mengapa mereka harus berpartisipasi dalam Pemilu. Dalam rangka pendidikan politik ini, lakukan juga kampanye menolak politik uang dan suap dalam Pemilu.
c. Jangan jadikan gereja sebagai arena kampanye partai dan caleg. Tidak saja karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap aturan Pemilu, melainkan karena hal itu bisa mengganggu keharmonisan kehidupan persekutuan dalam gereja. Tapi didiklah para caleg agar menjadi caleg yang bermoral baik, berkualitas, patuh aturan dan menjauhi politik uang.
d. Bersikaplah netral atau tidak memihak kepada partai atau caleg tertentu! Jika ada warga jemaat yang menjadi caleg, tetaplah perlakukan dia seperti jemaat pada umumnya. Namun, fasilitasi komunikasi dan pertemuan antara jemaat dengan semua caleg dari berbagai macam partai yang ada di jemaat Anda secara proporsional dan tidak melanggar aturan yang berlaku.
e. Lakukanlah pengawasan proses Pemilu untuk meminimalisasi pelanggaran dan manipulasi hasil Pemilu.
b. Lakukanlah pendidikan politik kepada warga jemaat agar mereka paham tentang hak dan kewajiban mereka dalam Pemilu serta mengapa mereka harus berpartisipasi dalam Pemilu. Dalam rangka pendidikan politik ini, lakukan juga kampanye menolak politik uang dan suap dalam Pemilu.
c. Jangan jadikan gereja sebagai arena kampanye partai dan caleg. Tidak saja karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap aturan Pemilu, melainkan karena hal itu bisa mengganggu keharmonisan kehidupan persekutuan dalam gereja. Tapi didiklah para caleg agar menjadi caleg yang bermoral baik, berkualitas, patuh aturan dan menjauhi politik uang.
d. Bersikaplah netral atau tidak memihak kepada partai atau caleg tertentu! Jika ada warga jemaat yang menjadi caleg, tetaplah perlakukan dia seperti jemaat pada umumnya. Namun, fasilitasi komunikasi dan pertemuan antara jemaat dengan semua caleg dari berbagai macam partai yang ada di jemaat Anda secara proporsional dan tidak melanggar aturan yang berlaku.
e. Lakukanlah pengawasan proses Pemilu untuk meminimalisasi pelanggaran dan manipulasi hasil Pemilu.
Pedoman Memilih dalam Pemilu 2014
Pada bagian akhir Pesan Pastoral ini, kami ingin memberikan
pedoman untuk memilih kepada warga gereja yang telah memiliki hak pilih dalam
Pemilu nanti. Pedoman ini berisi prinsip-prinsip moral Kristiani untuk warga
gereja dalam rangka berpartisipasi dalam Pemilu 9 April 2014 nanti. Sebagai
berikut;
1. Jangan Memilih Berdasarkan Agama! Salah satu persoalan pelik bangsa kita
saat ini adalah menguatnya sektarianisme dan fanatisme atas dasar agama.
Politisasi agama dalam Pemilu pun sangat kental dengan nuansa tersebut. Kita
tidak ingin Pemilu menjadi ajang untuk semakin melestarikan atau memperkuat
sektarianisme dan fanatisme ini. Pemilu harus kita maknai sebagai momentum
untuk semakin memperkuat komitmen untuk memperkokoh NKRI. Karena itu, dalam
memilih berilah penilaian berdasarkan kapasitas, kualitas dan rekam jejak
figur, bukan berdasarkan agama. Memilih berdasarkan agama berarti kita memberi
sumbangan terhadap keruntuhan NKRI di masa depan.
2. Jangan Pilih Partai dan Caleg yang Korupsi! Korupsi merupakan persoalan bangsa yang
sangat akut. Karena itu, kita tak ingin parlemen kita nanti dihuni oleh partai
dan orang-orang yang bermental korup dan tamak. Kita berharap Pemilu 2014
menjadi momentum untuk memutus mata rantai korupsi. Pemilu 2014 harus kita
maknai sebagai hukuman terhadap praktek korup yang dilakukan partai dan caleg
di masa lalu.
3. Jangan Pilih Partai dan Caleg yang Melakukan
Politik Uang! Salah satu
persoalan Pemilu kita saat ini adalah maraknya politik uang. Sebagaimana
pengalaman dalam Pemilu sebelumnya, politik uang akan makin marak di masa
kampanye dan masa tenang. Politik uang adalah salah satu mata rantai korupsi.
Karena itu, kita yakin bahwa partai atau caleg yang melakukan politik uang akan
terlibat korupsi ketika menduduki jabatan di parlemen. Dan tentu, kita tidak
ingin Pemilu 2014 menghasilkan koruptor baru.
4. Jangan Pilih Partai dan Caleg Pelanggar
Aturan! Salah satu tugas
parlemen adalah membuat aturan (Undang-undang). Dan berdasarkan evaluasi
terhadap kinerja legislasi parlemen menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas
regulasi yang dihasilkan DPR cenderung rendah. Hal itu ditunjukkan dengan
banyaknya UU yang digugat dan dikabulkan gugatannya di Mahkamah Konstitusi
(MK). Faktanya bahwa dalam Pemilu banyak partai dan caleg dengan sengaja
melanggar aturan kampanye. Perilaku seperti ini kita nilai kurang baik jika
dihubungkan dengan tugas yang akan diemban sebagai pembuat aturan. Karena itu,
kita ingin parlemen nanti akan dihuni oleh orang-orang yang bermartabat dan
berintegritas.
5. Pilihlah Partai, Baru Calegnya! Pemilu kita menggunakan sistem
proporsional terbuka dengan penentuan kursi berdasarkan suara terbanyak caleg.
Yang penting kita ketahui adalah dalam sistem proporsional yang menentukan
adalah partai, bukan caleg. Para caleg hanyalah alat partai untuk meraup suara
sebanyak mungkn demi memenangkan Pemilu. Sebab setelah terpilih semua caleg
harus tunduk pada garis kebijakan perjuangan partai. Dalam konteks seperti ini,
bagaimana pun baiknya dan hebatnya seorang caleg, tapi kalau dia berada di
dalam partai yang tidak baik, maka perjuangannya akan sia-sia. Karena itu,
dalam memilih, pilihlah lebih dulu partai, lalu tentukan calegnya.
6. Pilihlah yang Memiliki Komitmen Memperjuangkan
Kebebasan Beragama! Sebagaimana kita
ketahui, persoalan kebebasan beragama beberapa tahun terakhir ini semakin
memprihatinkan. Padahal kemajemukan agama adalah salah satu warisan bangsa yang
sangat berharga. Dan kalau kecenderungan seperti ini terus dibiarkan, maka ini
merupakan ancaman terhadap NKRI. Karena itu, kita berharap parlemen kita nanti
akan diisi oleh partai dan oang-orang yang memiliki komitmen yang
sungguh-sungguh dalam mempertahankan kebebasan beragama di negeri ini.
7. Pilihlah yang Memiliki Komitmen untuk Membela
Rakyat Miskin dan Tertindas! Persoalan rakyat miskin dan tertindas selalu menjadi duri
dalam capaian-capaian pembangunan bangsa kita saat ini. Pasalnya, isu ini seringkali
tidak menjadi pertimbangan utama dalam rangka melaksanakan pembangunan. Karena
itu, secara nyata kita melihat semakin lebarnya kesenjangan antara yang kaya
dan yang miskin. Begitu juga, rakyat tertindas semakin sulit untuk mendapatkan
keadilan. Seiring dengan itu, perhatian para elit politik terhadap orang miskin
dan tertindas makin kecil dan cenderung tak tulus sebab bagian dari pencitraan.
Untuk mengatasi hal itu, kita membutuhkan pemimpin yang sungguh-sungguh mau
memperjuangkan kepentingan rakyat miskin dan tertindas tersebut.
8. Pilihlah yang Memiliki Komitmen terhadap
Perjuangan Perempuan! Persoalan
perempuan harus terus menjadi perhatian kita. Ketertinggalan dan
keterbelakangan perempuan serta akses ke ruang publik yang masih sangat
terbatas membutuhkan komitmen perjuangan yang sungguh-sungguh. PGI sejak lama
dan sampai saat ini punya komitmen iman untuk memperjuangankan persoalan yang
dihadapi perempuan. Karena itu, agar perjuangan perempuan bisa lebih efektif,
maka kita membutuhkan figur yang tidak sekadar punya komitmen, tapi juga yang
memiliki pemahaman dan perspektif baik tentang kesetaraan jender, untuk duduk
di parlemen.
9. Pilihlah yang Jujur dan Santun! Dunia politik penuh dengan kebohongan
dan ketidaksantunan. Para politisi kita juga mudah sekali tersulut emosi dan
melakukan kebohongan dengan menebar janji-janji palsu. Karena itu, cermatilah
politisi jenis ini dan jangan memilih mereka! Ke depan, kita membutuhkan
politisi yang jujur dan santun dalam berkomunikasi dengan rakyat.
10. Pilihlah yang Memiliki Komitmen memperjuangkan
Pelestarian Lingkungan.
Dunia yang kita diami ini kini telah terancam oleh kehancuran dalam berbagai
bentuk bencana karena keserakahan manusia dan pembangunan yang tidak
memperhatikan kelestarian alam. Olehnya, pilihlah partai dan caleg yang
memiliki komitmen untuk memelihara kelestarian alam.
Di atas semuanya itu, kami mengajak Anda semua
untuk Memilih dengan Hati Nurani! Hati nurani diyakini
sebagai tempat “Roh Allah” berdiam dalam diri setiap orang. Karena itu, hati
nurani tidak pernah bohong. Untuk itu, gunakan hati nurani Anda dalam
menentukan pilihan nanti. Jangan terpengaruh, terlibat atau bahkan melibatkan
diri dalam politik uang! Sebab itu berarti Anda menggadaikan hati nurani Anda.
Demikianlah, Saudara-saudara Umat Kristiani di Indonesia, Pesan
Pastoral MPH PGI ini. Semoga membawa berkat dan kebaikan bagi bangsa ini! Amin.
Jakarta, 10 Februari 2014
Atas nama
MAJELIS PEKERJA HARIAN
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
Pdt. Dr. A.
A.Yewangoe
Pdt.Gomar Gultom, M.Th.
Ketua Umum
Sekretaris Umum
Sumber :
http://pgi.or.id/kegiatan-dan-pelayanan-pgi/pesan-pastoral-mph-pgi-kepada- segenap-umat-kristen-untuk-berpartisipasi-dalam-pemilu-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar